Kamis, 23 Februari 2017

Perhatikan Odometer Saat Ingin Membeli Mobil Premium Bekas



Ada beberapa cara yang biasa dilakukan sebelum membeli kendaraan bekas. Selain melihat bentuk luar, calon pembeli biasanya merinci mobil bekas tersebut dari bagian dalam, kaki-kaki hingga mesin kendaraan.

Namun, akan berbeda jika yang dimaksud tergolong dalam segmentasi premium dengan keadaan bekas pakai.

Mengapa demikian, Kepala Cabang Astra Autoprima Sunter, Terry Tham menjelaskan bahwa pada dasarnya sebenarnya kendaraan premium tidak akan menjadi mobil utama oleh seseorang.

"Ya kalau di BMW ini kami tahu kondisinya ada di segmen menengah ke atas. Segmen premium dan idealnya kalau orang yang punya BMW atau pakai BMW, akan menjadi mobil kesekian, bukan mobil utama," kata Terry di kantornya kawasan Sunter, Jakarta Utara, Rabu (22/2).

Jadi, menurutnya, selain memperhatikan detail kendaraan, calon pembeli juga wajib menilik odometer kendaraan tersebut. Apakah, jarak yang sudah tercapai melebihi pemakaian mobil premium pada umumnya.

"Mungkin yang harus dipertimbangkan kustomer adalah jarak tempuh mobil. Jadi kondisi seperti mobil sudah capek atau belum tergantung km-nya. Walau tahun muda, tapi jarak tempuh sudah di luar rata-rata," kata dia.

Bagi dia, meskipun kendaraan premium sudah menempuh jarak di luar rata-rata, bukan berarti kondisi mobil tersebut buruk. Lebih baik, lanjut dia, calon pembeli memilih kendaraan premium dengan km minimal 12 ribu pertahun. Tinggal disesuaikan dengan tahun kendaraan tersebut dibeli.

"Tapi alangkah baiknya kalau punya kesempatan untuk memilih km, lebih bagus," kata dia.

Di dealernya, yang memang dikhususkan untuk produk keluaran BMW dalam keadaan bekas. Terry, mengaku akan menyaring tiap mobil BMW yang akan ditrade-in pada dealernya.

Pasalnya, sesuai Standar Operational Prosedur (SOP) Astra Autoprima, BMW juga akan dilihat dari perolehan jarak km di spidometer selama pemakaian.

"Kalau yang di atas rata-rata mungkin tidak akan ambil. Kalau diambil harga akan disesuaikan. Umumnya diambil, kenapa? Ada standarisasi sendiri," kata Terry. (sumber: CNN Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar