Senin, 06 Februari 2017

Investor Menanti Peningkatan Kinerja Telkom Lewat Satelit T3S



Rencana PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) meluncurkan satelit Telkom 3S atau T3S dari Kourou, French Guiana pada 15 Februari 2016 dinanti para investor pasar modal. Aksi korporasi tersebut diyakini bakal menciptakan efisiensi sekaligus menjadi sumber pendapatan baru bagi induk usaha PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) itu.

“Satelit T3S bisa menjadi katalis jika manajemen mampu mengoptimalkannya. Dengan cara mengurangi biaya sewa untuk satelit asing dan mendatangkan pendapatan baru karena adanya penyewaan transponder,” kata Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, Senin (6/2).

Jika rencana bisnis Telkom tersebut bisa berjalan sesuai rencana, Reza menyebut investor pasar modal pasti akan mencermati imbasnya ke harga saham Telkom. Mengingat efisiensi biaya Telkom jadi meningkat, sementara di sisi lain pendapatan dan laba operasional bisa tumbuh karena dimanfaatkannya infrastruktur baru.

“Dalam jangka pendek pasar menunggu kinerja Telkom untuk 2016. Ini akan bisa membuat saham Telkom keluar dari tekanan di awal Februari ini,” ulasnya.

Sebelumnya, Direktur Network, IT, & Solution Telkom Abdus Somad Arief mengatakan peluncuran satelit T3S menjadi momentum bagi perusahaan untuk mengurangi ketergantungan sewa dari satelit asing.

Pasalnya, meski sudah memiliki dua satelit, Telkom masih memerlukan tambahan kapasitas, sehingga harus menyewa lagi satelit milik asing. Peluncuran satelit ketiganya, yakni T3S, bertujuan untuk menambah kapasitas tersebut.

"Indonesia menjadi negara kedua pertama di dunia yang meluncurkan satelit pada 1976 lalu. Sejak itu sampai sekarang, kita selalu beli satelit . Kami harap dalam 5-10 tahun lagi, Indonesia bisa membuat satelit sendiri," ujarnya.

Pria yang akrab disapa Asa meyakini Indonesia masih akan terus membutuhkan satelit, mengingat negeri memiliki lebih dari 17 ribu pulau di seluruh Indonesia. Sementara pembangunan jaringan seluler dan serat optik masih dirasa sulit untuk menjangkau daerah terpencil.

Meski tidak digunakan langsung ke end-user, satelit merupakan jaringan backbone atau pendukung jaringan seluler dan serat optik. Cakupan satelit sangat luas dan memperkuat pengiriman jaringan telekomunikasi kepada masyarakat.

"Indonesia butuh satelit jangka panjang karena banyak sekali daerah di Indonesja yang harus dijangkau. Makanya, kita harus menantang diri sendiri untuk membuat (satelit) dengan tangan sendiri. Tentu butuh waktu," paparnya. 

Rencananya, satelit T3S akan menempati slot orbit 118 derajat bujur timur. Posisinya kira-kira di atas Kota Makassar. Untuk Indonesia, posisi ini boleh dikatakan di tengah-tengah wilayah kedaulatannya.

Masa operasi dari satelit T3S diperkirakan 18 tahun memiliki kapasitas 49 transponder, terdiri atas 24 transponder C-Band (24 TPE), 8 transponder extended C-Band (12 TPE), dan 10 transponder Ku-band (13 TPE).

Telkom mempercayakan pembuatan satelitnya ke Thales Alenia Space (TAS) dan akan diluncurkan oleh ArianeSpace. Keduanya perusahaan asal Perancis.(CNN Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar