Konsep smart home dan cyber home tidak sama, bahkan jauh berbeda. Jika rumah cerdas atau smart home lebih ditujukan kepada pengguna atau home user yang mengarah ke rumah konvensional dilengkapi perangkat digital, konsep cyber home lebih kepada kapasitas bandwith internet untuk melengkapi perangkat digital di dalam rumah.
"Kalau mau beli smart home orang cukup pilih rumah konvensional yang kemudian dilengkapi perangkat internet. Tapi, kami membangun cyber home sebagai rumah masa depan untuk generasi Y dan generasi Z," kata CEO Cyber Park Indonesia, Dedi Yudiant, usai meninjau proyek hunian Tamansari Cyber di Kelurahan Mulyaharja, Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/2/2017).
Dedi membangun Tamansari Cyber dengan konsep rumah siber atau cyber home di lahan seluas 13 hektar. Lokasinya berdekatan dengan Bogor Nirwana Residence (BNR), di Kelurahan Mulyaharja, Bogor, yang berpemandangan Gunung Salak.
Untuk membangun proyek ini pihak Cyber Park Indonesia menggandeng PT Wika Realty. Khusus untuk mengembangkan perumahan tersebut sebagai cyber home, Cyber Park Indonesia bekerjasama dengan produsen fiber optik Powertel.
"Powertel yang membangun fasilitas mega fiber optiknya. Ini satu-satunya konsep cyber home di Indonesia, dan saya inginnya seperti silicon valley," ujar Dedi.
Dedi menambahkan, jika selama ini banyak rumah masih mengandalkan paket internet dengan kuota dari televisi berbayar, di Tamansari Cyber pihaknya membangun fasilitas akses internet berkapasitas besar dan cepat memakai fiber optik.
"Setiap rumah kami pasang internet kapasitas bandwith internet simetris upload dan download sama, yaitu 100 Mbps dan IP Public kalau ingin menghidupkan server sendiri dari rumahnya. Sekarang sudah progres menuju 1 Gbps di setiap rumah, bahkan mulai kami naikkan menjadi 10 Gbps," tambahnya.
Dedi mengatakan di perumahan ini kemewahan tidak dijadikan daya jual. Menurut dia, interior mewah sudah biasa, tapi rumah dengan infrastruktur internet super kencang baru hal baru di Indonesia.
"Semua pebisnis yang berbasis jaringan atau pekerja di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi yang berkutat dengan internet bisa berkumpul di sini. Kecepatan internet di dalamnya sangat stabil, baik untuk mengunduh atau mengunggah data di dalam rumah," ujar Dedi.
Sebagai catatan penting terkait, lanjut dia, hingga 2020 mendatang akan ada 25 miliar objek yang terkoneksi dengan internet. Ini tentu sangat menguntungkan Indonesia, mengingat nilai potensi ekonomi digital Indonesia pada 2020 akan mencapai 130 miliar dollar AS atau sekitar Rp 169 triliun dengan kurs Rp 13.000 per dollar AS. Jika konsep itu berjalan dengan baik, nilai itu akan tercapai.
Saat ini tipe rumah Tamansari Cyber dirancang dalam dua jenis, yaitu Homepage dan Bandwith dengan jumlah total 331 unit. Untuk tipe Homepage seluas bangunan 75 meter persegi dan luas tanah 120 meter persegi, harga yang ditawarkan Rp 1,2 miliar.
Adapun tipe Bandwith dengan luas bangunan 62 meter persegi dan luas tanah 105 meter persegi harganya dibanderol Rp 1 miliar lebih. (Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar