Kamis, 30 Maret 2017

Indonesia Akan Serap Teknologi dari Industri Militer Brasil


Pemerintah Indonesia dan Brasil menyepakati kerja sama pertahanan baru di Jakarta, Rabu (30/3). Melalui nota kesepakatan itu, Indonesia mendapatkan hak menyerap teknologi pertahanan yang telah lebih dulu dikuasai Brasil.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menuturkan, selama ini Indonesia hanya fokus membeli alutsista dari Brasil. Menurutnya, kontrak jual-beli itu tak disertai alih teknologi.

"Dulu hanya beli saja, tidak ada kerja sama. Saat ini kami sepakat, ketika Indonesia beli, ada juga transfer teknologi," kata Ryamizard usai penandatanganan nota kesepahaman bersama Duta Besar Brasil untuk Indonesia, Rubem Antonio Correa Barbosa.

Ryamizard mengatakan, dalam waktu dekat ia akan memimpin delegasi pada kunjungan ke sejumlah perusahaan militer Brasil. Ia berencana mengajak beberapa perusahaan alutsista Indonesia, antara lain PT Pindad (Persero) dan PT PAL Indonesia (Persero).


Kerja sama pertahanan, kata Ryamizard, tak hanya akan digalang dengan Brasil. Ia berkata, Kemhan telah menerima tawaran investasi pembangunan pabrik industru pertahanan dari beberapa negara, antara lain Perancis dan Denmark. 

Tak hanya soal alih teknologi, kesepakatan yang diteken Ryamizard juga mencakup peningkatan pendidikan dan pelatihan militer. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman terkait operasi militer juga termasuk dalam perjanjian tersebut.
Kepala Staf TNI AU periode 2009-2012 Marsekal Imam Sufaat pernah menyebut pembelian pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano buatan Empresa Braziliera de Aeronautica pada tahun 2010 minim alih teknologi. 

Imam kala itu menuturkan, pembelian delapan unit pesawat kontra penyusup itu hanya disertai pengetahuan tentang perawatan dan informasi suku cadang. Ia berkata, perusahaan Brasil itu pun baru memberikan alih teknologi yang minim itu setelah perdebatan panjang.

"Ini dikarenakan kita hanya membeli delapan unit. Untuk alih teknologi secara maksimal, sedikitnya harus membeli 32 unit agar ada beberapa unit pesawat yang dibuat di Indonesia," ucap Imam seperti dilansir situs TNI AU.

Setahun setelah pemesanan pertama, Indonesia kembali memesan delapan Super Tucano. Seluruh pesawat tempur itu kemudian diserahkan kepada Skuadron 21 yang bermarkas di Lanud Abdulrachman Saleh.

Februari 2016, satu Super Tucano yang dikendarai Mayor (Pnb) Ivy Safatillah dan Serma Syaiful Arief Rahman jatuh di Malang. Kecelakaan itu merenggut nyawa Ivy dan Syaiful serta meninggalkan kerusakan parah pada jet yang dikemudikannya. (sumber: CNN Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar