Senin, 27 Maret 2017

Teror Parlemen Kirim Pesan, Inggris Ingin WhatsApp Berikan Data ke Badan Intelijen



Layanan pengirim pesan terenkripsi seperti WhatsApp harus membiarkan badan intelijen mengakses platform mereka, kata pejabat keamanan Inggris pada hari Minggu.

Deklarasi ini dibuat di tengah-tengah maraknya laporan bahwa pelaku serangan Westminster menggunakan layanan pengirim pesan beberapa menit sebelum dia menyerang Parlemen.

Sekretaris Dalam Negeri Amber Rudd berkata, layanan pengirim pesan "sama sekali tidak boleh" menyediakan enkripsi end-to-end karena itu berarti badan keamanan tidak bisa menyadap apa yang dibicarakan oleh pengguna layanan pengirim pesan tersebut.

"Kita harus memastikan bahwa perusahaan seperti WhatsApp, dan ada banyak perusahaan lain seperti itu, tidak menyediakan tempat rahasia untuk para teroris saling berkomunikasi dengan satu sama lain," ujar Rudd, seperti yang dikutip dari AP.

Rudd juga mendorong perusahaan teknologi untuk mencegah konten yang mendukung ekstremisme.

Kepolisian Inggris yang menyelidiki serangan ke Parlemen mengklaim bahwa ada 4 korban meninggal dan puluhan orang terluka. Mereka percaya, sang pelaku bertindak sendiri dan mereka tidak menemukan informasi yang menunjukkan akan ada serangan lanjutan.

Sementara itu, Deputy Assistant Commissioner Neil Basu berkata, mungkin mereka tidak akan pernah bisa menemukan alasan pelaku, Khalid Masood, yang ditembak mati pada hari Rabu setelah menabrak pejalan kaki menggunakan SUV dalam perjalanan ke Westminster Bridge dan menikam seorang polisi yang melindungi Parlemen hingga mati.

"Pengetahuan itu mungkin mati bersamanya," ujar Basu pada malam Sabtu. "Meskipun dia bertindak sendiri, kami perlu mengetahui alasan dari tindakan berbahaya seperti ini, untuk menenangkan masyarakat London."

Grup ISIS mengklaim bahwa Masood adalah "tentara" yang merealisasikan harapan mereka untuk menyerang negara Barat. (sumber: metrotvnews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar