Selasa, 28 Maret 2017

Kenangan Bus Kayu dari Pulau Bangka



Usia yang sudah 77 tahun sama sekali tak memudarkan ingatan Hasan Rusli terhadap bus-bus kayu. Bukan cuma mengingat tampilan fisik luar bus, tapi juga daya angkut dan tenaganya yang besar.

"Badannya besar dan terlihat gagah, lebih besar dibanding sebelumnya. Tenaganya, jangan ditanya,” kenang Hasan sambil mengangkat jempol dan menunjuk sebuah foto tua yang memperlihatkan seorang pria berpose di depan bus kayu.

Pria di dalam foto hitam-putih itu bernama Rusli Eddy alias Lie Sung Fuk, ayahanda Hasan Rusli. Rusli Eddy memulai usaha transportasi di Bangka pada 1951 bermodal sebuah bus merk Chevrolet yang kabin untuk penumpangnya dibentuk dari kayu. Seiring melesatnya ekonomi berkat kegiatan tambang timah, armada PO. Sabang Jaya yang dia kelola ikut berkembang hingga belasan bus.

Belasan bus kayu itu itu terdiri ada yang bermerek Chevrolet dan Dodge. Meski punya kabin penumpang yang panjang layaknya bus, dibangun di atas chassis truk. Mulai bumper hingga kaca depan sangat sama persis dengan versi truk dan terbuat dari logam, sedangkan bagiandashboard hingga ke kebelakang hanya berupa rangka besi.

Di atas rangka besi itulah kabin penumpang dipasang. Bahan kayu yang dipilih sebab pada masa itu pasokan material logam ringan di Indonesia masih terhitung jarang dan harganya pun mahal. Sebaliknya kayu sangat melimpah dan murah, termasuk yang anti rayap. Bahkan bangku-bangku penumpang pun terbuat dari kayu.

"Kapasitasnya 38 dan 54 penumpang, tetapi selalu penuh sampai ke atap," kenang Hasan.

Pada pertengangan 1970-an, Hasan dipercaya ayahandanya melanjutkan mengelola PO Sabang Jaya. Ketika itu sudah ada armada bus lain yang juga beroperasi di Pangkalpinang, GOBU (Gabungan Oto Belinyu) dan POWNIS (Perusahaan Oto-oto Warga Negara Indonesia Sungailiat). Masa kejayaan bus-bus kayu itu meredup pada akhir era 1990-an, ketika makin banyak warga yang memiliki kendaraan pribadi.

Hasan Rusli masih mempertahankan sebagian besar bus-bus kayu yang pernah menjadi menghidupi keluarga besarnya. Meski sudah tak lagi beroperasi dan cat-catnya sudah kusam, Hasan yakin mesin bus-bus kayu tua miliknya dalam kondisi sehat karena selalu dia rawat mesin dan interiornya.

Anda ingin bernostalgia dengan bus kayu? Beberapa bus kayu ini akan dihadirkan dalam Indonesia Classic n Unique Bus (InCUBUS 2017). Ajang pameran bus jadoel yang pertama kalinya di Indonesia ini berlangsung pada 29 Maret sampai 1 April 2017 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta. (sumber: metrotvnews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar