Sabtu, 04 Maret 2017
DNA Jadi Bentuk Hard Drive di Masa Depan
Perkembangan teknologi memaksa tempat penyimpanan data terus menyusut. Upaya terbaru mengindikasikan sebuah penyimpan data bisa berukuran molekul DNA (deoxyribonucleic acid).
Sepasang peneliti dari Columbia University dan New York Genome Center baru saja menguji kemungkinan DNA sebagai penampung data. Hasilnya bagus.
Mereka berhasil menyematkan data seukuran sistem operasi, digabung dengan sebuah film, kartu hadiah Amazon, dan berkas digital lainnya ke dalam DNA.
Yaniv Erlich dan Dina Zielinski, sepasang peneliti itu, juga berhasil menarik kembali kumpulan data tadi dari DNA yang mereka pakai.
"Kami memetakan data tadi ke sejumlah nukleotida DNA. Lalu kami menyatukan nukleotida dan menyimpan molekulnya di dalam tabung uji," ungkap Erlich kepada ResearchGate seperti yang dikutip dari Engadget.
Nukleotida sendiri adalah molekul organik yang mengikat blok material genetik seperti DNA dan RNA (ribonucleic acid).
Pada eksperimen ini, Elrich dan Zielinski memakai pendekatan DNA Fountain. Sebuah pendekatan dengan konsep matematika. Strategi ini membantu mereka membungkus seluruh data secara runut ke dalam DNA.
Penggunaan DNA sebagai penyimpan data memang sudah dilirik para ilmuwan sejak jauh-jauh hari. Alasannya mudah. Pertama, ukuran DNA berkali-kali lebih kecil dibanding penyimpan data yang ada sekarang. Kedua, DNA punya ketahanan luar biasa.
Erlich dan Zielinski mencatat satu gram DNA bisa menyimpan 215 ribu kali lipat dari sebuah hard drive berkapasitas satu terabyte dengan berat 150 gram. Dengan daya sebesar itu, jumlah DNA yang diperlukan untuk menyimpan data di seluruh dunia tak akan memakan ruang lebih dari sebuah mobil.
Soal ketahanan, DNA juga jauh lebih superior dibanding medium lainnya. DNA sudah kerap dijadikan bahan referensi mencari tahu identitas seseorang hingga ke leluhurnya. Paling baru, peneliti memanfaatkan DNA untuk mengkloning Mammoth, nenek moyang Gajah yang sudah punah.
Penelitian Erlich dan Zielinski diilhami oleh cara kerja layanan film online seperti Netflix. Pada layanan Netflix, kumpulan data mengalir dalam bentuk paket-paket kecil hingga sampai di layar pengguna. Bila di tengah jalan ada data yang hilang, Netflix akan mengulang proses tersebut.
Kendati demikian, ilmuwan saat ini masih belum bisa menjejali data dalam ukuran yang lebih besar ke DNA. Mereka masih harus memotong data agar lebih kecil sehingga bisa masuk dengan risiko beberapa data bisa hilang.
Erlich memperkirakan butuh waktu lebih dari sepuluh tahun agar DNA benar-benar bisa dipakai sebagai pilihan penyimpanan.
"Kita masih di tahap awal, tapi media penyimpanan yang ada saat ini juga butuh waktu riset bertahun-tahun hingga benar-benar berguna," pungkasnya. (sumber CNN Indonesia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar