Rabu, 22 Maret 2017

EKONOMI VACUUM CLEANER DI BISNIS ONLINE



Tukang ojeg mengeluh, bagaimana mungkin bersaing dengan tukang ojeg online yang mau cuma dibayar 5 ribu rupiah? Pedagang di pasar tradisional mengeluh, bagaimana sanggup melawan toko online yang bisa kasih diskon sampai 90%?
Pedagang tiket pesawat terbang juga mengeluh, bagaimana bisa bersaing dengan penjual tiket online yg mampu menjual tiket dengan harga yang sangat murah?
Sopir taksi mengeluh bagaimana bisa bersaing dengan taksi online yang bisa kasih harga hampir 50%?
Konsumen lebih suka belanja dan order online daripada pergi ke warung tetangga atau pasar terdekat. Harganya jauh lebih murah, lebih praktis, dan lebih terjamin.
Dalam bisnis online, yang dicari tidak lagi harga barang dan jasa yg ditawarkan, tapi jumlah account pengunjung. Semakin besar pengunjung semakin untung. Maka mereka berani memberi discount barang dan jasa yang mereka tawarkan dengan kompensasi mendapatkan pengunjung sebesar besarnya. Bahkan mereka berani tidak ambil untung atau malah rugi untuk mendapatkan pengunjung yang banyak.
Dalam kondisi ini maka ekonomi konvensional yang mengandalkan margin dan rantai perdagangan menjadi tidak kompetitif lagi. Sebaliknya, dalam perdagangan online perantara atau tengkulak tidak berlaku. Maka konsumen bisa langsung menghubungi produsen dengan harga yang murah. Dalam hal ini pemilik aplikasi menjadi fasilitator antara konsumen dan produsen, dan mengambil untung bukan dari prosentasi nilai transaksi, tapi dari jumlah transaksi yang terjadi di aplikasinya. Semakin banyak jumlah pengunjung yang bertransaksi melalui aplikasinya maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh.
Inilah yang disebut sebagai ekonomi vacuum cleaner, dimana pemilik aplikasi berusaha menyedot sebesar besarnya konsumen dan penyedia barang atau jasa.
Saat ini yang sebenarnya banyak terpukul adalah para perantara, karena mereka tidak bisa lagi mencari untung dengan mengambil margin dari barang yang diambil dari produsen dan dijual kepada konsumen. Maka wajar jika sekarang pasar pasar konvensional semakin turun omzetnya.
Dunia memang telah berubah, dan ketika kita tidak sanggup mengantisipasi perubahan, maka cepat atau lambat kita akan digilas perubahan! (Izzul Muslimin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar