Rabu, 26 April 2017

Trend Micro: Komplotan Hacker Coba Retas Pilpres Prancis


Para peneliti yang bekerja dengan perusahaan antivirus Trend Micro asal Jepang mengatakan, kampanye dari calon presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi target sekelompok peretas yang memiliki kaitan dengan Rusia.

Tuduhan ini memperkuat rumor bahwa capres moderat itu memang sedang diintai Kremlin.

Kepala kampanye digital Macron, Mounir Mahjoubi, mengonfirmasi adanya upaya gangguan terhadap sang capres dalam sebuah wawancara telepon pekan ini. Namun ia mengatakan hal tersebut telah ditanggulangi.

"Ini serius, tapi tidak ada yang terganggu," katanya, dalam lansiran media Australia news.com.au dari Associated Press, Selasa 25 April 2017.

Upaya menembus kampanye Macron, tambah Mahjoubi, telah dimulai sejak Desember lalu. Tim kampanye Macron sebelumnya pernah mengadukan bahwa mereka merasa telah menjadi target operasi mata-mata elektronik yang kemungkinan berasal dari Rusia. Namun tim kampanye hanya memiliki sedikit bukti untuk mendukung kecurigaan tersebut ketika itu.

Laporan Trend Micro, yang diproduksi secara independen dari kampanye Macron dan mencantumkan 160 upaya spionase elektronik di serangkaian target, menambahkan sebuah bukti pada klaim tersebut. Bukti itu adalah bahwa para peretas membuat situs palsu untuk mengumpulkan kata kunci atau password milik para staf kampanye Macron.

Khawatir Seperti Pilpres AS

Mahjoubi menegaskan situs palsu itu ada dalam salah satu dari beberapa surat elektronik yang dikirim ke para pekerja kampanye Macron selama beberapa bulan terakhir.

Trend Micro menghubungkan aktivitas mata-mata ini ke kelompok bernama Pawn Storm. Amerika Serikat juga menuduh Pawn Storm sebagai kelompok peretas yang bertindak sebagai perpanjangan tangan dari intelijen Rusia.

Menurut Trend Micro, masih terlalu dini untuk menduga-duga siapa aktor di belakang kelompok tersebut. Prancis juga lebih berhati-hati ketimbang AS, dengan berulang kali menolak menghubungkan Storm Pawn kepada aktor tertentu.

Jajaran pejabat Rusia berulang kali membantah sebagai negara yang meretas pemilu negara lain.

Pemilu Prancis, di mana Macron berada di urutan pertama dengan lebih dari 24 persen suara, telah diawasi ketat dari gangguan digital dalam bentuk apapun. Banyak pengamat khawatir dugaan peretasan pada pilpres AS terulang di Prancis. 

Beberapa orang khawatir Macron, seorang politikus poros tengah yang berhadapan dengan beberapa calon pro Rusia seperti Marine Le Pen, akan mendapat perlakuan yang sama. (sumber: metrotvnews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar