Sabtu, 29 April 2017

Benarkah Tarif Internet Indonesia Lebih Mahal dari Negara Lain?



 Peretas yang meretas situs Telkomsel mengeluhkan tentang mahalnya tarif data internet operator tersebut. Kejadian pada Jumat (28/4/2017) ini membuat Telkomsel banyak disorot oleh masyarakat
Apa benar tarif internetnya lebih mahal dari negara lain?
Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi menegaskan bahwa hal itu tidak benar. Menurut dia, tarif internet Telkomsel terbilang masih wajar dan operator lainnya, tidak lebih mahal.
"Tarif data internet operator di Indonesia masih termurah di dunia sesudah India," ujar Ridwan melalui keterangan tertulisnya, Jumat.
Ridwan yang sebelumnya dua periode menjabat sebagai anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengatakan bahwa, klaimnya tersebut dia sampaikan berdasarkan pengalamannya dengan operator di luar negeri.
Ridwan memaparkan, operator seluler di Amerika Serikat, misalnya, menawarkan tarif 40 dollar AS atau sekitar Rp 520.000 untuk paket 8 GB.
"Di Indonesia ada paket yang 45.000. Di Spanyol Rp 500.000 per 8 GB, di Amerika Rp 520.000 per 8 GB. Kemarin di Cordoba, saya kena 30 euro untuk paket yang sama. Untuk tarif voice relatif sama, 10 sen per menit. Sekitar Rp 1.700 rupiah per menit. Sementara kalau di Inggris, sekitar 15 sen poundsterling per menit atau Rp 3.000 per menit," ujarnya.
Dengan demikian, tarif voice atau percakapan suara di luar negeri, rata-rata masih lebih tinggi dua kali lipat. Bahkan, tegas Ridwan, tarif data di luar negeri bisa sampai dengan 10 kali lipat lebih mahal dibanding operator di Indonesia.
Dengan kondisi ini, justru Ridwan menilai, operator saat ini masih lebih banyak melakukan subsidi silang dari layanan voice ke data. Justru jika hal itu diterapkan ke pengguna, akan tidak adil bagi masyarakat luas.
"Semua operator sekarang ini mensubsidi harga paket data dari revenue voice. Dari sisi kerakyatan ini sangat tidak adil, revenue voicekebanyakan berasal dari masyarakat menengah ke bawah, sementara pemakai data adalah masyarakat menengah ke atas," papar Ridwan.
"Perlu disadari saat ini tarif paket data retail kebanyakan masih di bawah ongkos produksi. Saat ini terbukti efek gunting itu, dimana trafik data melesat semakin tinggi, sementara pendapatan operator datar-data saja. Kelihatannya Telkomsel ingin mengurangi gap itu," jelasnya.
Tanggapan Telkomsel
Adita Irawati, Vice President Corporate Communications Telkomsel, mengatakan bahwa Telkomsel berterima kasih dan menghargai keluhan masyarakat pengguna soal tarif kuota Internet.
"Hal ininmerupakan bukti jika produk Telkomsel digunakan oleh masyarakat luas," kata Adita melalui keterangan persnya.
Terkait tarif, Adita mengatakan bahwa penetapan tarif Telkomsel selalu merujuk pada komponen biaya jaringan termasuk untuk kebutuhan akses bandwidth internasional.
Telkomsel juga menyediakan beberapa pilihan paket internet kepada pelanggan, dengan berbagai pilihan harga sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dia menerangkan bahwa hingga saat ini layanan Telkomsel sudah hadir di 95 persen wilayah populasi Indonesia. Layanan 4G Telkomsel juga telah hadir di sekitar 500 ibu kota/kabupaten untuk memberikan pelanggan pengalaman internet cepat. Bahkan masyarakat di wilayah perbatasan sudah dapat menikmati layanan 4G LTE.
Saat ini pelanggan Telkomsel mencapai 169 juta pelanggan dimana sekitar 50 persen diantaranya tercatat sebagai pelanggan 3G/4G. Telkomsel juga telah melaksanakan pembangunan sekitar 25.000 BTS baru sepanjang 2016, yang mana 92 persen diantaranya merupakan BTS 3G/4G.
"Semua ini tentunya kami tujukan untuk bisa membantu masyarakat memperoleh akses telekomunikasi yang dapat mendukung aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh Indonesia," pungkas Adita. (sumber: kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar