Selasa, 13 Juni 2017
Keamanan IoT Kurang Diperhatikan, Jumlah Serangan DDoS Naik
Jumlah serangan DDoS (Distributed Denial of Service) pada 2016 naik dari 3 persen menjadi 6 persen karena longgarnya sistem keamanan pada perangkat IoT (Internet of Things).
Asia menjadi benua dengan jumlah serangan DDoS paling banyak, yaitu sebanyak 60 persen dari total penyerangan. Diikuti oleh kawasan Eropa, Timur Tengah dan Afrika dengan jumlah serangan sebanyak 21 persen. Sementara 19 persen sisanya merupakan serangan yang terjadi di Amerika.
Alasan mengapa Asia paling sering diserang adalah karena teknologi yang digunakan memang rentan dan infrastruktur yang ada biasanya digunakan untuk melakukan kegiatan kriminal lain.
Untuk meneliti tentang serangan yang ditujukan pada perangkat IoT lebih lanjut, NTT Security dan perusahaan yang bernaung di bawahnya, termasuk Security, kemudian mengumpulkan data dari 10 ribu jaringan klien di 5 benua, 3,5 miliar security log, 6,2 triliun percobaan serangan, dan mekanisme honeypot yang ada di 100 negara berbeda. Data dan temuan ini kemudian dituliskan dalam laporan Dimension Data’s Executive’s Guide to the NTT Security 2017 Global Threat Intelligence.
Honeypot adalah mekanisme keamanan komputer yang dibuat sedemikian rupa untuk mendeteksi, mengelak dan membalas usaha untuk mengakses sistem informasi oleh orang tak berwenang. Biasanya, honeypot berupa data yang terlihat asli tapi sebenarnya merupakan data terisolasi dan dimonitor. Tujuannya adalah untuk mengetahui taktik serangan hacker. Taktik ini mirip dengan polisi yang memancing kriminal.
Sensor honeypot memonitor serangan pada perangkat IoT selama 6 bulan. Dari pengawasan ini, diperkirakan, sekitar 66 persen serangan yang terjadi menargetkan perangkat IoT yang memiliki kamera. Sementara 34 persen sisanya, serangan ditujukan pada perangkat IoT jenis lain. Para penyerang biasanya berusaha untuk menguasai perangkat IoT dalam jumlah banyak untuk melakukan serangan DDoS atau serangan lain.
"Serangan DDoS tidak hanya menargetkan perangkat IoT. Hacker terus mencari perangkat lain sebagai target, sesuai dengan serangan yang mereka kembangkan," ujar Mark Thomas, Dimension Data’s Cybersecurity Strategist.
Serangan DDoS pada perangkat IoT perusahaan dapat menyebabkan berbagai masalah. Serangan dapat membuat perusahaan tidak bisa memberikan layanan berbasis internet, membuat karyawan tidak bisa mengakses internet dan mencegah klien, mitra kerja dan pemegang saham mengakses sumber daya perusahaan, yang dapat memberikan dampak buruk dalam penjualan dan kegitan operasional.
Untuk melindungi bisnis mereka, salah satu cara perusahaan yang bisa lakukan adalah dengan menjadikan keamanan sebagai pertimbangan utama ketika membeli perangkat teknologi atau menggunakan perangkat IoT dalam perusahaan. Selain itu, perusahan juga sebaiknya segera mengganti perangkat IoT yang telah usang dan memberikan pelatihan terkait ancaman siber pada karyawan.
"Perangkat IoT untuk mendukung kinerja organisasi jumlahnya kian tak terbatas," ujar Dimension Data Indonesia Country Director, Hendra Lesmana. Memang, menurut data dari Gartner Inc., pada tahun ini, akan ada sekitar 8,4 miliar perangkat yang saling terhubung, naik 31 persen dari tahun lalu. Diperkirakan, angka ini akan naik menjadi 20,4 miliar pada 2020.
"Ada banyak bukti bahwa perkembangan internet atas dasar mobilitas, adopsi sistem cloud, dan penyebaran Internet of Things, telah menimbulkan model serangan baru," ujarnya. (sumber: metrotvnews.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar